Selasa, 31 Juli 2012

Bumi merana

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 miliar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (Inggris: Astronomical Unit). Kala rotasi bumi adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Sedangkan kala revolusinya adalah 365,25 hari. Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin surya, sinar ultraviolet dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti Bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer dan Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi Bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan Bumi adalah antara -70 °C hingga 55 °C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di Bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi memiliki diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan Bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan 1% uap air, karbondioksida dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam Bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500 °C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi Bumi dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak Bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak Bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak Bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa Bumi.
Titik tertinggi di permukaan Bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.

 Memperingati Hari Bumi, 22 April lalu,masih banyak persoalan terkait lingkungan hidup di dalam negeri yang belum terselesaikan, mulai masalah konsumsi hidup yang boros energi hingga eksploitasi sumber daya alam.

Berbagai kegiatan dihelat untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April.Berbagai organisasi secara serentak menggelar berbagai kegiatan cinta lingkungan.Di antaranya, membersihkan sampah di sungai dan penanaman pohon.Ya,memang seiring laju modernisasi yang cepat,lingkungan seolah terabaikan.Bahkan,boleh dibilang terancam rusak.

Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Berry Nahdian Forqan menuturkan, paradigma pembangunan yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai poin utama adalah penyebab munculnya masalah lingkungan hidup di Indonesia.Menurut dia, aspek kelestarian lingkungan tidak diperhatikan dalam membangun kepentingan ekonomi sehingga terjadi ketimpangan terhadap akses dan kontrol yang mencakup ruang dan sumber-sumber kehidupan masyarakat seperti yang kerap terjadi di kota-kota besar.

Berry menyebutkan,saat ini area ruang terbuka hijau (RTH) di kota-kota,seperti Jakarta,makin berkurang seiring menggeliatnya pembangunan gedung-gedung, kawasan industri,dan area komersial mewah tanpa memperhatikan konsep green environment.Dia mengatakan,hampir semua kota-kota besar di Tanah Air melanggar Undang-Undang No26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang karena ruang terbuka hijaunya tidak mencapai 30%,seperti RTH di Jakarta yang hanya di bawah 10%.

“Paradigma pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan hijau,seperti menata kembali kawasan kota dengan memperluas ruang terbuka hijau,” papar Berry melalui keterangan tertulisnya kepada SINDO. Dia menyarankan,upaya yang bisa dilakukan untuk membenahi masalah lingkungan ini adalah pemerintah mencanangkan perubahan paradigma pembangunan yang lebih berpihak pada kepentingan lingkungan dan pemerataan kesejahteraan,termasuk perencanaan tata ruang. Berry menambahkan,program aktivitas pembangunan yang merusak lingkungan hidup harus dihentikan disertai penegakan hukum.

Selanjutnya menata kembali struktur tata ruang kota dengan memperluas ruang terbuka hijau. Tata drainase sampai pada membangun sarana dan prasarana transportasi publik yang nyaman dan aman harus juga dibenahi. Selain itu,perlu upaya rehabilitasi kawasan yang rusak. Berry menyebutkan,program reboisasi dan penanaman pohon yang dicanangkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah jangan hanya gerakan simbolis,tetapi harus berkelanjutan.

Seharusnya program seperti itu perlu pengawasan dan data yang terkonsolidasi secara transparan.Misalkan, masalah hutan yang banyak rusak dan berkurang akibat aktivitas logging, baik legal maupun ilegal.Faktor besarnya konversi hutan yang diprioritaskan untuk perkebunan kelapa sawit dan tambang turut memengaruhi masalah hutan. Selain itu,lemahnya kontrol pengawasan dan penegakan hukum dalam pelestarian hutan juga menjadi salah satu sebab eksploitasi hutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar